Paman, Apakah Aku Layak Menjadi Simpananmu

Serangan Balik Qiao Mu (3)  



Serangan Balik Qiao Mu (3)  

"Kamu sudah tahu semuanya?"      
1

"Ya, lalu aku meneleponmu untuk memastikan apakah makhluk kecilku diganggu hingga menangis." Nada bicara Li Yan memiliki senyum tipis dan sedikit kehangatan, yang menghangatkan hati Qiao Mu.      

Disaat tak berdaya seperti ini, hanya mendengar suara pria itu saja, sudah seperti obat penangkal yang menyelamatkan nyawanya.      

Ternyata pria itu benar-benar khawatir akan kompetisinya. Pria itu sangat sibuk dan dia harus begadang semalaman untuk mengikuti kompetisinya. Emosi di hatinya meledak seketika dan membuat hidungnya terasa masam karena terharu.      

Qiao Mu mendengus, berkata dengan nada yang santai, "Kamu terlalu meremehkanku, masalah sepele seperti itu tidak layak untuk membuatku menangis."      

Toh Li Yan tidak ada di sisinya, kepada siapa dia akan menunjukan tangisnya?      

Qiao Mu tidak pernah suka menangis, tetapi Li Yan adalah pengecualian. Sepertinya, ketika di depan Li Yan, emosi apapun bisa tercurahkan sesuka hati.      

Entah senang, marah, keras kepala atau sedih.      

Setelah itu terdengar tawa rendah datang dari ujung telepon yang lain, "Aku juga berpikir demikian, hanya aku yang bisa menindasmu hingga menangis dan orang lain tidak memiliki kemampuan itu."      

Qiao Mu terdiam, "....."      

Mengapa dia tidak bisa merasakan makna menghibur dalam kata-kata pria itu?      

Apakah menindasnya hingga menangis adalah hal yang pantas untuk menunjukkan kebahagiaan?      

Tiba-tiba nada pria itu menjadi serius, "Sudahkah kamu menemukan cara untuk menghadapi orang yang menindasmu?"      

"Sudah."      

"Apakah perlu aku maju?"      

"Aku masih tidak membutuhkannya untuk saat ini. Jarakmu sangat jauh, apakah tanganmu begitu panjang?"      

"Sepertinya kamu meremehkan kemampuan priamu, apakah perlu kutunjukan padamu?"      

"Baiklah, aku percaya kamu memiliki tangan yang sangat panjang, tetapi aku akan menemukan cara untuk menangani masalah ini. Tepat ketika paman kembali nanti, aku akan memberikan piala juara padamu."      

Mendengar kata-kata penuh semangat Qiao Mu, sudut bibir Li Yan terangkat, bahkan jika dia tidak berada di depannya saat ini, dia bisa membayangkan ekspresi seperti apa yang ditunjukkan wanita itu.      

Sepasang mata besar itu pasti bersinar, sepertinya semua kesulitan bukanlah masalah baginya.      

Bagaimana bisa wanita kecilnya ini bisa membuatnya begitu tersentuh.      

Ketika dalam kesulitan, tindakan pertama wanita itu bukan datang padanya dan menangis, tetapi dia bertahan untuk menjadi lebih kuat dan bersinar.      

Li Yan bersandar di kursi dan menyilangkan kaki panjangnya dengan malas, "Jadi, apakah kamu berencana menggunakan pialamu sebagai tanda cinta untukku?"      

"...Paman, bisakah kamu lebih serius!" Wajah Qiao Mu memerah, dia segera mengubah topik pembicaraan dan mendesak dengan serius, "Tutup teleponnya dengan baik dan pergi tidur! Jangan begadang! Kamu bahkan sepuluh tahun lebih tua dariku, lalu begadang setiap hari tanpa peduli dengan tubuhmu, jika ini terus berlanjut dan kita berdiri bersama, orang lain akan berpikir bahwa kamu 20 tahun lebih tua dariku!"      

Li Yan terdiam, "...."      

Dasar makhluk kecil ini!      

Berani menggunakan kata "tua" untuk merangsang emosinya!      

Li Yan menghela napas tak berdaya, bangkit berdiri dan pindah ke kamar tidur. Kemudian dia bersandar di kepala tempat tidur, suaranya terdengar rendah dan memikat dengan sangat sensual, "Mumu, aku menantikan saat aku kembali nanti, kamu memegang pialamu sambil melamar menikahiku."      

Qiao Mu tercengang, ".....!!"      

Qiao Mu amat sangat malu dan marah, pria ini sungguh keterlaluan!      

Bagaimana dia begitu tidak sungkan untuk mengatakan hal seperti itu dan memintanya untuk melamarnya!      

Tidak, tidak, bukan itu intinya!      

Qiao Mu menjawab dengan marah, "Siapa yang ingin menikahimu! Aku tidak akan menganggapmu lagi, aku sangat sibuk, jadi kamu cepatlah tidur!"      

Usai melontarkan kalimat, Qiao Mu segera menutup telepon tanpa memberi pihak lain kesempatan untuk berbicara.      

Dia hanya merasa bahwa wajahnya seolah terbakar karena tersipu malu. Ini pertama kalinya dia mendengar kata "melamar" dari mulut Li Yan, tetapi justru dialah yang harus melamar pria itu!      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.